Friday 27 February 2015

Steve Job "apple" Saja Berhenti Kuliah Bisa, Masa Kita Tidak Bisa :)

Steve Job "apple" Saja Berhenti Kuliah Bisa, Masa Kita Tidak Bisa :)





Steve Jobs (56 tahun), pendiri Apple Computer berpidato pada 12 Juni 2005 di Universitas Stanford, Amerika. Pria yang wafat pada 5 Oktober 2011 ini adalah tokoh yang terkenal.
Sepak terjangnya dalam industri komputer dapat Anda baca di internet. Saya ingin menulis sedikit tentang kisah hidupnya yang beliau sampaikan pada acara wisuda di Universitas Stanford. Judul pidatonya: ANDA HARUS MENEMUKAN APA YANG ANDA CINTAI.
Berikut ini petikan pidatonya:
Saya merasa terhormat berada bersama Anda mengikuti wisuda di salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus dari perguruan tinggi. Sejujurnya, ini adalah saat terdekat saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya ingin menyampaikan 3 cerita pengalaman hidup saya. Bukan masalah besar. Hanya 3 cerita.
Cerita pertama adalah tentang menghubungkan titik-titik
Saya drop out dari Reed College setelah 6 bulan pertama, tapi kemudian sempat bertahan selama 18 bulan atau lebih, sebelum akhirnya benar-benar berhenti. Mengapa saya drop out?
Ini dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah seorang mahasiswi yang menikah muda. Ketika hamil, dia memutuskan untuk memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Ibu kandung saya selalu ngotot bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana. Karena itulah, sebelum saya lahir semuanya sudah disiapkan bagi saya orangtua angkat yang berprofesi sebagai pengacara.
Namun, beberapa saat sebelum kelahiran saya, suami isteri yang berprofesi sebagai pengacara itu hanya menginginkan bayi perempuan.
Sementara calon orangtua angkat lainnya (Paul dan Clara Jobs), yang berada dalam daftar urut berikutnya, tidak memersoalkan jenis kelamin bayi. Pada tengah malam, mereka menerima telepon dari rumah sakit mengabarkan kelahiran bayi laki-laki. “Kami memiliki bayi laki-laki, apakah Anda berminat?.
“Tentu saja,” jawab orangtua angkat saya ini.
Ternyata, ibu angkat saya ini tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya pun tidak menamatkan sekolah lanjutan. Itulah sebabnya, ibu kandung saya menolak untuk menandatangani surat adopsi. Sikap ibu kandung saya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orangtua angkat saya berjanji akan menyekolahkan saya hingga perguruan tinggi.
Memang 17 tahun kemudian, saya benar-benar kuliah di perguruan tinggi. Tetapi saya terlalu naïf memilih kuliah di universitas yang biayanya hampir sama mahalnya dengan Universitas Stanford. Sehingga seluruh tabungan orangtua angkat saya (yang hanya pekerja biasa) habis untuk biaya kuliah.
Setelah enam bulan kuliah, saya tidak mendapatkan kepuasan apapun di dalamnya. Saya gelisah dan tidak tahu apa yang ingin saya lakukan dalam hidup dan merasa tidak yakin apakah kuliah akan membantu menemukan jalan hidup saya. Apalagi, orangtua angkat saya banyak menghabiskan uangnya untuk membiayai hidup saya.
Akhirnya saya berhenti kuliah (drop out) dan memutuskan bekerja. Pada saat itu, keputusan berhenti kuliah sangat menakutkan bagi saya. Namun sekarang, keputusan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat dalam hidup.
Meski berhenti kuliah, saya menyempatkan diri mengikuti mata pelajaran kaligrafi di Reed College. Di sinilah saya mulai bertemu dengan ‘hal-hal menarik’.
Ketika itu saya tidak punya kamar kos. Saya hanya menumpang tidur di lantai kamar kos teman. Untuk membiayai hidup, saya mengumpulkan botol bekas Coca Cola untuk dijual. Satu botolnya dihargai 5 sen. Seminggu sekali, saya berjalan 7 mil untuk mendapatkan makanan gratis di Kuil Hindu Hare Krishna. Saya bersyukur.
Banyak hal saya temui saat itu, semata-mata karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi saya yang ternyata sangat berharga di kemudian hari.
Mari saya beri Anda satu contoh:
Pada waktu itu, Reed College memiliki mata pelajaran kaligrafi terbaik di negeri ini. Poster-poster yang ada di kampus atau stiker-stiker yang di tempel di lemari ditulis dengan gaya kaligrafi indah.
Karena sudah berhenti kuliah dan tidak boleh mengambil mata kuliah wajib, saya memutuskan mengambil kelas kaligrafi agar bisa belajar bagaimana membuat kaligrafi. Saya belajar membuat kaligrafi dengan tipografi huruf serif dan san serif. Yaitu tentang memvariasikan jumlah spasi antara kombinasi huruf yang berbeda, tentang sesuatu yang membuat tipografi (model huruf) itu menjadi hebat. Hal itu indah, artistiknya sangat halus dan tidak semua orang bisa menangkap unsur artistik ini. Saya menemukan hal-hal menarik di sini.
Sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendesain komputer Macintosh yang pertama, semua tipografi ini menjadi bidang saya. Saya merancang semua itu ke dalam Macintosh. Itu adalah komputer pertama dengan tipografi yang indah.
Seandainya saya tidak berhenti kuliah dan tidak mengambil kelas kaligrafi (kuliah tunggal) di perguruan tinggi itu, maka Macintosh tidak akan memiliki beragam huruf cetak ataupun huruf dengan spasi sejajar.
Seandainya saya tidak berhenti kuliah dan tidak pernah mengikuti pelajaran kaligrafi, tentu komputer yang ada sekarang tidak akan memiliki beragam tipografi yang indah.
Tentu saja tidak mungkin menghubungkan titik-titik kehidupan itu sewaktu saya masih mengambil pelajaran kaligrafi itu. Tetapi sepuluh tahun kemudian menjadi sangat gamblang dijelaskan.
Pada intinya, Anda tidak dapat menghubungkan titik-titik dalam kehidupan Anda. Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik dalam perjalanan hidup Anda, bagaimanapun juga akan menjadi sebuah rangkaian indah di masa mendatang.
Dengan kata lain, Anda harus percaya pada sesuatu seperti: intuisi, takdir, jalan hidup, karma atau apapun istilahnya. Percaya terhadap hal ini tidak pernah mengecewakan saya dan itu telah membuat semua perbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita kedua adalah tentang cinta dan kehilangan.
Saya beruntung menemukan apa yang saya sukai sejak muda. Saya dan sahabat saya (Wozniak) mulai mendesain komputer Apple di garasi orang tua saya ketika berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun kemudian, komputer Apple berkembang dari hanya kami berdua di garasi menjadi sebuah perusahaan berpenghasilan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan.
Ketika usia saya menginjak 30 tahun dan perusahaan kami baru meluncurkan produk terbaik kami (Macintosh) setahun sebelumnya, tiba-tiba saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat dari perusahaan yang Anda dirikan? Ya, seperti pertumbuhan perusahaan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya.
Untuk tahun pertama, semuanya berjalan lancar. Tapi kemudian visi kami mengenai masa depan mulai berbeda dan akhirnya kami sulit disatukan. Jadi, di usia 30 tahun, saya keluar dari perusahaan yang saya dirikan.
Apa yang menjadi fokus seluruh kehidupan saya telah hilang, dan sangat menghancurkan hati. Selama beberapa bulan, saya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya merasa menjadi figur yang gagal. Bahkan saya berpikir untuk lari dari bisnis ini.
Tetapi secara perlahan-lahan, semangat saya muncul. Sebab saya masih menyukai bidang pekerjaan saya. Apa yang terjadi di perusahaan Apple, sedikit pun tidak mengubah diri saya.
Saya telah dipecat, namun saya tetap cinta. Dan saya memutuskan untuk memulai kembali dari awal. Saat itu saya tidak tahu bahwa ternyata dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang pernah terjadi pada saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula lagi.
Hal itu mengantarkan saya untuk memasuki salah satu periode paling kreatif dalam hidup saya.
Selama lima tahun berikutnya, saya memulai sebuah perusahaan bernama NeXT, perusahaan lain bernama Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya (Laurene).
Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan komputer film animasi pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Dalam gilirannya terjadi peristiwa luar biasa, Apple membeli NeXT, dan saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple.
Saya cukup yakin semua ini akan terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Terkadang kepala Anda terasa sakit seperti ditimpuk dengan batu bata. Tetapi jangan kehilangan iman. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan.
Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan satu-satunya cara untuk benar-benar puas adalah melakukan apa yang Anda yakini adalah pekerjaan besar. Dan satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang Anda lakukan.
Jika Anda merasa belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan berdiam diri. Sebagaimana dengan semua persoalan hati, Anda akan tahu bila Anda telah menemukannya.
Dan, seperti sebuah hubungan percintaan yang hebat, semua itu hanya akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi sepanjang waktu yang terus bergulir. Jadi, teruslah mencari sampai Anda menemukannya. Jangan berdiam diri.
Cerita ketiga adalah tentang kematian.
Ketika berumur 17 tahun, saya membaca sebuah ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Jika Anda hidup setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari Anda pasti akan menemukan kebenaran“
Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan sejak itu, selama 33 tahun terakhir, setiap pagi saya selalu bercermin dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah yang akan saya lakukan untuk dikerjakan hari ini? “
Dan setiap kali jawabannya selalu “tidak“. Sebab terlalu banyak hari-hari yang berlalu. Karenanya, saya tahu bahwa saya perlu mengubah sesuatu.
Menyadari bahwa saya akan segera mati itu adalah alat paling penting yang pernah saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar dalam hidup saya. Karena hampir segala sesuatu: semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal, hal-hal ini hanya bermanfaat saat menghadapi kematian, maka wariskanlah hanya apa yang benar-benar penting.
Mengingat bahwa Anda akan mati adalah cara terbaik untuk menghindari jebakan berpikir Anda. Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu, saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pagi hari dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Ini adalah saat terdekat saya dengan kematian. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan ini dengan yakin kepada Anda bahwa kematian adalah konsep yang berguna dan murni intelektual.
Tidak ada yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun kematian adalah tujuan kita semua. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Ini adalah agen perubahan Kehidupan. Ini membersihkan sesuatu yang lama untuk membuat jalan bagi yang baru.
Sekarang yang baru adalah Anda, tapi suatu hari tidak terlalu lama dari sekarang, Anda secara bertahap akan menjadi tua dan harus dibersihkan. Maaf bila terlalu dramatis, tapi itu cukup benar.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma, yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan kebisingan pendapat orang lain menenggelamkan suara hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda.
Stay Hungry. Stay Foolish (maksudnya: tetaplah lapar terhadap ilmu pengetahuan dan tetaplah bodoh agar selalu mau belajar apapun. Atau dalam makna lain: jangan mudah berpuas diri dan merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki).
Steve Jobs
(beberapa uraian pidato Steve Jobs, saya edit sekadar meringkas tulisan.. mohon maaf)
Inti Pesan Penting Steve Jobs.
Setelah membaca pidato tersebut ada inti penting yang dapat saya petik:
Nasib Anda tidak ditentukan ijazah sarjana. Steve Jobs bukan sarjana, tetapi kemampuannya di atas rata-rata orang paling jenius di Bumi ini.
Setiap kepahitan selalu ada hikmah. Ketika Steve memutuskan berhenti kuliah karena alasan biaya, ternyata itu adalah keputusan terbaik dalam hidupnya. Begitu pula saat Steve dipecat dari pekerjaannya, dia justru bangkit dengan cara yang luar biasa. Salah satu sebabnya adalah dia mencintai bidang pekerjaan yang telah lama ditekuninya.
Secara pribadi, kisah hidup Steve Jobs adalah sebuah pelajaran berharga. Dapat diambil hikmah dari sosok manusia jenius ini. Semoga Tuhan memberi tempat yang layak untuknya..amin



Pustaka : https://helmys.wordpress.com/tag/steve-jobs/

0 komentar: