Ketika Harapan Tidak Sesuai Dengan Kenyataan
Pernahkah kita menginginkan semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita atau semua harapan kita terwujud? Pasti pernah dong ya.., pernahkah kita sedih lantaran kenyataan tidak seperti yang kita harapkan? Ini sudah pasti iya..
Namun pernah kah kita bayangkan apa jadinya kalau semua kenyataan sesuai dengan yang kita harapkan? Bukankah menyenangkan seperti ini. semua kenyatan sesuai dengan harapan adalah impian semua orang.
Harapan dan impian merupakan hal yang sangat manusiawi, karena dengan harapan dan impian lah, seseorang itu bersemangat dalam mengarungi hidup. Dengan harapan, manusia merencanakan hidupnya dan berusaha untuk mengejarnya. Tiada harapan, maka bukanlah kita disebut manusia, tapi mayat hidup, hidup segan mati tak mau. Jadi mutlak sebagai manusia, kita perlu punya harapan dan impian.
Harapan ini macam ragam bentuknya, harapan untuk hidup selalu sehat, harapan untuk jadi orang kaya, harapan untuk lulus kuliah dengan IPK <em>c** laude,</em> harapan karir cemerlang, harapan berjodoh dengan seseorang atau harapan untuk menjadi pejabat. Banyak hal. Dan tentunya harapan ini lah yang nantinya akan membawa kita pada tahapan bagaimana mencapai harapan tersebut dan harapan ini lah yang mendasari tindak tanduk seseorang.
Ketika harapan kita telah dengan matang kita rencanakan, seakan akan ada gairah atau semangat muncul untuk gigih dalam berjuang agar apa yang kita rencanakan dapat terwujud. Disnilah pentingnya harapan. Jadi, manusia akan lebih bersikap optimis tatkala ada harapan dan impian.
Banyak orang dan bahkan saya sendiripun, seringkali menuliskan harapan dan impian dengan sangat detail. Banyak orang menuliskannya, lalu memprogram diri untuk mengikuti langkah pencapaiannya. Misal, harapan sesorang anak sma yang hendak melanjutkan kuliahnya di jogja, semasa sma nya pasti dia mulai mencari tau perguruan tinggi mana yang mau dimasuki, jurusan apa yang dia minati, apa saja syarat u masuk, materi tes masuknya apa saja, beasiswa atau biaya orang tua nanti nya, kemudian menentukan mau berapa tahun lamanya kuliah. Semuanya pasti sudah direncanakan dengan matang. Sang anak sma tersebut kalau memang harapannya ingin terwujud pasti si anak akan dengan penuh keseriusan dan semangat untuk mengikuti langkah yang dia buat tadi.
Sekilas dengan melihat contoh diatas, apabila si anak serius dan pantang menyerah mengikuti step2 yang sudah dia buat, pasti kita yakin si anak sma itu akan berhasil kuliah di jogja dan lulus tepat waktu dengan hasil yang baik. <em>Absolutely yes.</em>
Atau dengan ilustrasi yang lain. Ada dua sejoli yang memadu kasih, sudah hampir 3 tahun jalinan asmara diantara mereka. Kedua keluarga semuanya sudah sama-sama saling mengenal dan seperti sudah menjadi bagian dari keluarga sendiri. Setiap hari ulang tahun selalu dirayakan bersama, setiap hari raya kedua keluarga saling mengunjungi. Dan kedua keluarga pun sepakat membahas waktu pernikahan anak mereka. Dan kedua sejoli itupun merasa sudah sangat cocok dan tidak ingin berpaling ke yang lain lagi. Dan mereka sudah merancang akan menikah dimana, baju apa yang akan dikenakan, mengikuti adat atau tidak, berapa yang akan diundang, bulan madu dimana, mau punya anak berapa, dll.
Pernahkah terbayang bahwa akan tercapainya cita2 anak sma diatas ataupun harapan dua sejoli itu untuk menikah kalau semua kondisi normal berjalan, tapi bagaimana jika ada hal hal yang tidak normal terjadi? Bagaimana jika ada hal lain diluar harapan dan mengubah harapan menjadi hal lain yang tidak pernah terbayangkan? Dan hal lain yang menggagalkan semuanya? Pasti sedih.
Kekecewaan dan kesedihan adalah hal yang wajar dan mendasar bagi manusia, apalagi kalau hal yang telah direncanakan dengan matang jadi gagal hanya karena hal yang menurut kita tidak penting atau tidak tercapai karena ada keburukan yang menurut kita tidak perlu terjadi. Namun karena dianggap wajar, bukan berarti kekecewaan dan sedih itu harus berlarut larut kita pelihara. Ingat dunia tidak akan berakhir hanya karena harapan kita tidak terwujud.
kembali lagi ke harapan tdi, kita ingat bahwa anak sma tadi yang hendak kuliah di jogja atau 2 sejoli yang sedang merencanakan pernikahannya. Dalam tahapan perencanaan, untuk meminimalisir rasa kecewa, baiknya dalam proses perencanaan, kita masukan faktor X . Misal, bagaimana kalau si anak sma tdi kebetulan saat mengikuti tes masuk perguruan tinggi dia sakit atau ada hal lain yang menyebabkan dia tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi di tahun ini. Apakah si anak harus membatalkan niatnya untuk kuliah? Tentu tidak. Mungkin anak tadi bisa mengambil kursus dulu, kursus bahasa inggris mungkin atau kursus komputer atau kursus pendalaman materi ujian masuk perguruan tinggi. Dan banyak orang yang ternyata masuk perguruan tinggi yang lebih baik dari tahun sebelumnya, krn sudah lebih matang menghadapi ujian tes masuk perguruan tinggi.
Artinya, dalam membuat perencanaan bukan hanya rencana pertama saja yang kita buat. Namun kita juga perlu membuat planning cadangan atau <em>contigency plan</em> ketika planning pertama tidak terwujud.
Lalu bagaimana kalau memang kenyataan yang terjadi justru tidak masuk dalam plan pertama maupun planning cadangan atau semua sudah terjadi dan tidak bisa diulang? Kembali ke contoh dua sejoli diatas. Rencana sudah sangat rapi dan matang dibuat, kedua duanya sama-sama berkomitmen akan rencananya itu dan semua doa tercurah untuk mereka dari orang tua dan keluarga. Hari yang ditunggupun tiba, pengantin wanita sudah siap dan pak penghulu pun sudah datang dan tinggal menunggu kedatangan pengantin pria. 5 menit berlalu dari waktu yang direncanakan, sang pria tak kunjung datang. kemudian beranjak ke 15 menit belum datang juga, dan semua mulai sedikit cemas. Setengah jam berlalu, lalu salah seorang keluarga diberitahu bahwa rombongan yang membawa mempelai pria mengalami kecelakaan dan semua penumpang dimobil tersebut tewas, tak terkecuali pengantin pria. Beratnya.
Mungkin ini contoh yang sangat ekstrem ya. Tapi terkadang begitulah hidup, banyak sekali lika liku dan kejutan2 yang terjadi. Apakah si wanita dalam cerita tersebut diatas sedih? Pertanyaan macam apa ini, ya iyalah pasti sedih. Semua orang juga pasti sedih dan iba sekali pada sang wanita. Ini adalah suatu kenyataan yang pahit dan getir, namun tiada dapat diubah. Mau sabar, ridha atapun mau menjadi gila dan sedih terus menerus adalah tergantung dari pilihan si wanita. kedua duanya pun tidak dapat mengubah takdir. Namun, nilainya tentulah menjadi ridha dan sabar adalah sangat tinggi derajatnya di sisi Allah dan manusia lainnya.
Artinya dalam merencanakan hidup itu, tidak lah semata mata membuat perencanaan yang matang dan membuat contigency plan, namun sangat penting bagi kita "membungkus" harapan dan cita2 kita lalu memasrahkan semuanya kepada yang mengatur alam semesta ini yaitu Allah aza wa jalla. Dan lagi lagi kita hanya bisa menerka nerka masa depan, sedangkan Allah sangat tau saat sekarang, dahulu dan masa datang.
Lalu apakah si wanita tersebut tidak boleh sedih dan patah hati? Ya boleh saja, manusiawi sekali. Namun, jangan sampai sedihnya membuat dia gelap mata, lalu tidak mau sholat lagi dan lalu bunuh diri kan. Karena mungkin saja meninggalnya si calon adalah jawaban dari istikharah si wanita yang selalu meminta diberikan yang terbaik, bisa jadi si pria yang meninggal tadi bukanlah yang terbaik bagi si wanita dan jalan satu-satunya untuk membuat wanita itu jauh dari si pria adalah mungkin dengan meninggalnya si pria. Dan akan diberikan ganti yang terbaik sebagaimana pinta si wanita didalam setiap doa-doanya selama ini.
Ada hal yang menarik dari ceramahnya aa gym tentang ketenangan hidup. Dari ceramah tersebut aa gym menjelaskan bahwa ada kunci dalam mencapai ketenangan hidup yaitu:
1. siap akan hal yang cocok dan tidak cocok dengan keinginan kita.
Dalam hidup, pasti ada kalanya kita mendapati hal yang tidak cocok dengan keinginan kita.
Pada awalnya kita sakit hati dengan kenyataanm tapi lama lama malah mensyukuri dan riang hati akan takdir Allah. Dalam hal ini, aa gym menjelaskan bagaimana dia dulu cita2 ingin jadi tni, tapi gagal karena kurang tinggi, malah ujung2nya kata orang jadi kiyai, dulu sakit hati sekarang malah jadi senang hati... hehhee. Karena kita perlu ingat, kadang apa yang kita inginkan belum tentu itu yang kita butuhkan. Dan Allah maha tahu akan kebaikan untuk kita. Lagian ya, tidak indah hidup ini kalau apa2 monoton dan sesuai dengan yang diharapkan. Ibaratnya orang smua ingin selalu hidup sehat, gak pernah sakit. Coba kalo dikabulkan semua, kasihan para dokter jadi saling menyuntik, apotek bangkrut dan fakultas kedokteran tutup karena gak ada yang mau jadi dokter... hehehehe :)
2.Ridha pada ketentuan Allah.
Orang yang paling tidak bahagia adalah orang yang tidak menerima kenyataan yang jelas-jelas udah terjadi dan tidak mungkin diubah. Kunci kebahagian itu adalah lapang dada dalam
menerima ketetapan Allah, lalu gigih berjuang ke takdir lain yang lebih baik. Karena kita mau ridha atau tidak adalah pilihan kita dan semua tidak mengubah yang telah terjadi. Namun, dengan ridha membuat kita semakin matang, dekat dengan Allah dan terbukanya jalan
keluar untuk takdir yang lebih baik. Sedangkan tidak menerima, hanya membuat kita semakin sedih dan membuat kita semakin terpuruk. So kamu pilih mana?
3. Sempurnakan keyakinan kepada Allah.
Allah menciptakan sesuatu bukan tanpa maksud atau sekadar iseng saja, tentu tidak. Segala
Sesuatu yang Allah ciptakan pasti tidak ada yang sia sia ataupun mubazir. Apakah Allah memberikan cobaan pada makhluknya hanya sekedar bermain main saja? Tentu tidak. Bukankah memang hidup didunia adalah tempat kita dicoba dan cobaan memang diperuntukkan bagi manusia. Dan manusia yang mampu menghadapi cobaan dengan penuh kesabaran, keyakinan dan tawakal kepada Allah lah yang berhak mendapatkan keridhaan Allah dan kebahagian di syurga nanti. Jadi jangan menyebut diri sudah beriman dan sholeh, kalau tidak mau ditimpa cobaan. Senang maupun susah adalah cobaan. Cobaan di analogikan sebagai soal ujian di sekolah. Bukankah soal ujian itu tidak bahaya? Apakah ada orang tidak lulus ujian karena soalnya? Jelas bukan dong, orang tidak lulus ujian bukan karena soalnya, tapi salah jawabannya. Jadi yang terpenting bagi kita adalah bukan cobaannya, tapi sikap kita dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Dan kalau kita benar benar yakin kepada Allah, niscaya pertolongan Allah pasti datang.
Teringat sejarah perang badar, dimana saat itu muslim berjumlah 300 melawan musuh dari kaum quraisy mekkah sebanyak 3000 orang, namun muslim menang telak. Apakah kuncinya? Apa karena senjata kaum muslim yang buat menang? Tentulah bukan, jumlah saja masih sedikit dan lebih banyak orang yang lemah dari segi materi yang ikut perang. Apa karena musuhnya bodoh dalam strategi perang? Tentu saja bukan, yang ikut berperang adalah para petinggi quraisy yang cerdas dan mengerti benar peperangan. Tentu jawaban akan kemenangan pasukan Rasulullah adalah karena keyakinan dan iman mereka yang kuat dan sempurna kepada Allah yang membuat mereka menang gilang gemilang.
Perang yang segitu dahsyatnya saja, Allah menolong dengan sempurna, apalagi cobaan hidup kita yang masih kecil dibandingkan cobaan para kaum muslimin saat zaman rasulullah dulu. Sangat kecil bagi Allah urusan kita, sangat gampang bagi Allah menolong hambanya. Hanya saja, pertolongan Allah itu seakan lama dikarenakan keyakinan kita terhadap Allah sendiri masih minim banget. Boro-boro yakin, malah terkadang berburuk sangka kepada Allah. Astagfirullah..
<!--more-->
4. Luruskan niat, maksimalkan ikhtiar dan sempurnakan tawakal
Jadi kalau kenyataan tidak sesuai dengan yang kita harapkan? Tenang saja karena Allah telah menyiapkan takdir yang lebih baik buat kita. Jadi ketika harapan tidak terwujud? pastikan hati kita yakin bahwa Allah memberikan yang kita butuhkan dan terbaik untuk kita.
Tulisan ini hanya sekedar sharing dan berbagi ilmu kepada para pembaca, bukan berarti yang menulis ini sudah baik, justru harapan dari yang menulis ini adalah agar penulis juga lebih berserah kepada Allah ketika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. So mari kita memperbaiki diri. Semoga bermanfaat.
Sumber : Annisa Ayu Permata
0 komentar:
Post a Comment