"Ayah...ampun.Sakit...sakit...ayah ampun..."rengekanku terndengar
menggema menahan rasa sakit akibat pukulan ayah.Ibuku hanya dapat
memandang iba padaku.Ayah sering memukuli aku dikarenakan keusilan masa
kecilku.Tetanggaku hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat ayah
memukul tubuhku.Ayahku seorang yang kasar dan suka berjudi.Bahkan ayah
tidak malu pada kedua putrinya.Air mataku sering kali meleleh
dikarenakan hal itu.
Seiring berjalannya waktu,kini aku tumbuh menjadi seorang remaja yang dikelilingi sahabat terbaik yang Allah kirimkan untuk membantuku melupakan masa laluku yang masih memberikan trauma.Hingga kini aku takut menatap ayahku.Suatu hari wali kelasku menagih tunggakan pembayaran SPP.Saat itu ayah dan ibu sedang tidak ada uang.Dan dengan sangat terpaksa,ayah menjual burung merpati peliharaannya.
"Wah akhirnya ya kamu dapat melunasi tunggakan SPP itu."ujar Widia.
"Ya...Alhamdulillah ayah dapat melunasinya."jawabku.
Aku,Widia,Via,Nifah,dan Yani adalah sahabat karib saat duduk dibangku SMP.Aku pulang kerumah mengendarai sepeda buntut yang setia menemaniku menuntut ilmu.Seperti hari-hari sebelumnya,ibu sedang sibuk memasak di dapur.Sedangkan aku melepas penatku setelah seharian menuntut ilmu.Aku dikenal sebagai cewek yang jutek dan pemurung.Tetapi entah mengapa guru-guru dan teman-temanku menyukaiku.Awan mendung menutupi pagi yang masih sepi.Rintik hujan membasahi genteng,dedaunan,dan dahan pepohonan.Ayah memaksa mengantarku ke sekolah.Padahal aku berencana pergi sendiri.Begitu berbedanya sikap ayah yang dulu dan sekarang.Ayah kini sudah bersikap lebih baik.Namun,entah mengapa aku belum bisa menepis perasaan benci yang telah bersarang dihatiku sejak kisah buruk itu bermula.
Kini aku sudah tumbuh dewasa.Aku kini sudah bekerja.Rasa trauma masih hinggap dijiwaku.Kini ayah dan ibu lebih sayang pada adikku,Dwi.
"Aku sudah lelah untuk mengalah.Aku lelah direndahkan dan mendapat perlakuan kurang layak.Aku juga ingin disayang,sesekali dimanja,dan diperhatikan."ucapku disertai air mata yang mengalir di kedua pipiku.
"Nak,ibu dan ayah sayang sama kamu.Ariana adalah putri ibu juga."sahut ibuku.
"Ibu bohong.Kalau memang ibu dan ayah sayang sama aku,mengapa sikap ayah dan ibu tidak mencerminkan hal itu?Mengapa ayah dan ibu membiarkan aku mengalami masa kecil yang begitu buruk?Mengapa disaat teman-temanku bahagia,aku harus diselubungi kesedihan dan ketakutan?Sebenarnya aku ini siapa?Apakah benar aku ini anak kandung ayah dan ibu atau aku ini anak pungut?"ucapku menahan pilu yang telah lama mengisi jiwaku.
"Astagfirullah,nak.Kamu juga anak kami.Kami sayang juga sama kamu.Ayah sayang sama Ariana."ayah terkejut mendengar ucapanku.
"Pernahkah kalian pikirkan,setiap aku melihat anak yang sedang dipukul bapaknya itu seperti melihat Ariana kecil dipukul dan dimarahi bapaknya.Setiap kali mendengar tangisan anak kecil sama seperti mendengar suara tangisan dan rengekan Ariana kecil yamg meminta ampun.Bahagiakah aku hidup dibayangi masa lalu?Jawabannya adalah TIDAK..."aku pergi meninggalkan ayah dan ibu yang masih terbengong mendengar ucapanku.Hari-hari berikutnya ayah dan ibu begitu baik padaku.
"Ayah dan ibu sayang Ariana.Beri kesempatan kepada kami untuk memperbaiki kesalahan kami padamu,nak."ucap ibuku perlahansambil memperhatikan raut mukaku.Sebuah senyum mengembang menghiasi wajahku.Dan senyuman itu cukup menjadi pertanda setuju atas apa yang ibu ucapkan.
Seiring berjalannya waktu,kini aku tumbuh menjadi seorang remaja yang dikelilingi sahabat terbaik yang Allah kirimkan untuk membantuku melupakan masa laluku yang masih memberikan trauma.Hingga kini aku takut menatap ayahku.Suatu hari wali kelasku menagih tunggakan pembayaran SPP.Saat itu ayah dan ibu sedang tidak ada uang.Dan dengan sangat terpaksa,ayah menjual burung merpati peliharaannya.
"Wah akhirnya ya kamu dapat melunasi tunggakan SPP itu."ujar Widia.
"Ya...Alhamdulillah ayah dapat melunasinya."jawabku.
Aku,Widia,Via,Nifah,dan Yani adalah sahabat karib saat duduk dibangku SMP.Aku pulang kerumah mengendarai sepeda buntut yang setia menemaniku menuntut ilmu.Seperti hari-hari sebelumnya,ibu sedang sibuk memasak di dapur.Sedangkan aku melepas penatku setelah seharian menuntut ilmu.Aku dikenal sebagai cewek yang jutek dan pemurung.Tetapi entah mengapa guru-guru dan teman-temanku menyukaiku.Awan mendung menutupi pagi yang masih sepi.Rintik hujan membasahi genteng,dedaunan,dan dahan pepohonan.Ayah memaksa mengantarku ke sekolah.Padahal aku berencana pergi sendiri.Begitu berbedanya sikap ayah yang dulu dan sekarang.Ayah kini sudah bersikap lebih baik.Namun,entah mengapa aku belum bisa menepis perasaan benci yang telah bersarang dihatiku sejak kisah buruk itu bermula.
Kini aku sudah tumbuh dewasa.Aku kini sudah bekerja.Rasa trauma masih hinggap dijiwaku.Kini ayah dan ibu lebih sayang pada adikku,Dwi.
"Aku sudah lelah untuk mengalah.Aku lelah direndahkan dan mendapat perlakuan kurang layak.Aku juga ingin disayang,sesekali dimanja,dan diperhatikan."ucapku disertai air mata yang mengalir di kedua pipiku.
"Nak,ibu dan ayah sayang sama kamu.Ariana adalah putri ibu juga."sahut ibuku.
"Ibu bohong.Kalau memang ibu dan ayah sayang sama aku,mengapa sikap ayah dan ibu tidak mencerminkan hal itu?Mengapa ayah dan ibu membiarkan aku mengalami masa kecil yang begitu buruk?Mengapa disaat teman-temanku bahagia,aku harus diselubungi kesedihan dan ketakutan?Sebenarnya aku ini siapa?Apakah benar aku ini anak kandung ayah dan ibu atau aku ini anak pungut?"ucapku menahan pilu yang telah lama mengisi jiwaku.
"Astagfirullah,nak.Kamu juga anak kami.Kami sayang juga sama kamu.Ayah sayang sama Ariana."ayah terkejut mendengar ucapanku.
"Pernahkah kalian pikirkan,setiap aku melihat anak yang sedang dipukul bapaknya itu seperti melihat Ariana kecil dipukul dan dimarahi bapaknya.Setiap kali mendengar tangisan anak kecil sama seperti mendengar suara tangisan dan rengekan Ariana kecil yamg meminta ampun.Bahagiakah aku hidup dibayangi masa lalu?Jawabannya adalah TIDAK..."aku pergi meninggalkan ayah dan ibu yang masih terbengong mendengar ucapanku.Hari-hari berikutnya ayah dan ibu begitu baik padaku.
"Ayah dan ibu sayang Ariana.Beri kesempatan kepada kami untuk memperbaiki kesalahan kami padamu,nak."ucap ibuku perlahansambil memperhatikan raut mukaku.Sebuah senyum mengembang menghiasi wajahku.Dan senyuman itu cukup menjadi pertanda setuju atas apa yang ibu ucapkan.
PROFIL PENULIS
Nama : Thur Dianti Widiastuti
TTL :Banyumas,13-12-1994
Gender :Perempuan
Fb :Higashi Kagaribi
Selaku orang tua,Anda berkewajiban mendidik anak dengan baik.Anda juga harus memberi contoh yang baik untuk anak Anda.Disaat anak usil dan nakal jangan marahi dia karena dia hanya meniru apa yang dilihatnya.Koreksilah diri Anda,lingkungan,dan toleransi yang Anda berkan pada anak Anda.
TTL :Banyumas,13-12-1994
Gender :Perempuan
Fb :Higashi Kagaribi
Selaku orang tua,Anda berkewajiban mendidik anak dengan baik.Anda juga harus memberi contoh yang baik untuk anak Anda.Disaat anak usil dan nakal jangan marahi dia karena dia hanya meniru apa yang dilihatnya.Koreksilah diri Anda,lingkungan,dan toleransi yang Anda berkan pada anak Anda.
0 komentar:
Post a Comment